Saturday, November 5, 2016

Perspektif atas Sesuatu

Seorang sahabat mengirimkan pesan, “…saya mulai lagi dari awal belajar Bahasa Arab, tolong berikan saya kiat-kiat agar belajar kali ini tidak sia-sia. Mohon langkah-langkah konkritnya.”
Membaca pesan di atas, saya teringat kata-kata Stephen R. Covey dalam bukunya, The 7 Habits of Highly Effective People, terkait permasalahan-permasalahan sosial yang jamak dihadapi umumnya manusia; hubungan keluarga: suami dan istri, orangtua dan anak, hubungan di tempat kerja: atasan dan bawahan; hubungan di sekolah: guru dan murid… Covey mengatakan,
“…ini adalah masalah-masalah yang dalam dan menyakitkan – masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan pendekatan perbaikan cepat.”
Kata-kata Covey di atas menurut saya berhubungan dengan pertanyaan kawan di atas.Pertanyaan itu mungkin terdengar sederhana. Tinggal kemukakan beberapa poin “ramuan” seperti rubrik tips dan trik di sebuah majalah popular.
Namun, dari pengalaman proses belajar Bahasa Arab (baru) 4,5 tahun, saya dapat mengatakan bahwa pertanyaan itu adalah pertanyaan berat. Yang tak cukup dijawab dengan satu-dua halaman. Diperlukan setidaknya satu buku untuk menjawabanya.Dari pengalaman yang sudah-sudah, jumlah pembelajar Bahasa Arab di tiap kelas selalu menurun, berguguran satu demi satu. Saya mengikuti kelas kursus tambahan di kampus hingga 6 semester, padahal resminya hanya ada 4 semester. Sempat cuti satu semester karena kelas saya sudah ‘habis’, menunggu adik kelas sampai ke level yang saya bisa bergabung di dalamnya. Lalu, kelas tersebut pun harus ditutup karena yang belajar hanya dua orang.
Selanjutnya saya belajar privat. Awalnya bertiga. Berguguran satu demi satu juga. Hingga tinggal sendiri. Dan lalu, menjadi murid tunggal menyebabkan proses belajar-mengajar menjadi serba sulit. Meskipun saya berusaha seoptimal mungkin agar ‘kelas’ penghabisan ini tetap bisa berjalan. Setidaknya, jangan berhenti karena saya yang menghentikannya.Itu dari sisi murid.
Dari sisi yang memiliki ilmu, saya menemukan banyak orang yang seharusnya sudah sangat pandai berbahasa Arab, tak proaktif membagi ilmunya. Padahal sudah bertahun-tahun tinggal dan belajar di jazirah Arab. Dibesarkan di lingkungan pesantren atau sekolah Islam. Sejak kecil hingga sekarang sudah punya anak kecil. Jika ditanya kadang ada yang tidak bisa menjawab, ada juga yang menjawab, tapi tidak berinisiatif sendiri untuk menghidupkan bahasa Alquran ini.
Di bagian lain bukunya, Covey membuat subbab, “Cara kita melihat masalah adalah masalahnya.” Sejak pertama membaca buku ini sebenarnya saya sudah sangat yakin semua teori di dalamnya ada akarnya dalam Alquran dan hadis. Seperti urgensi perspektif terhadap suatu masalah.
Disebutkan dalam firman-Nya:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً -١٠٣- الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً -١٠٤-
Katakanlah (Muhammad), “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya? (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. (Q.S. [18] Al Kahfi: 103-104).
Dari ayat ini tercermin bahwa adalah sangat bisa terjadi, seorang manusia memiliki perspektif yang benar-benar keliru tapi ia tidak menyadarinya.Hal inilah yang juga terjadi pada banyak orang dalam memilih fokus belajarnya. Berapa banyak umat Islam yang mau membayar kursus tambahan untuk anak-anaknya untuk pelajaran Bahasa Asing, tapi sama sekali tidak tertarik pada Bahasa Arab. Berapa banyak umat Islam yang betah menempuh segala kepayahan tapi dengan cepat menyerah ketika itu berhadapan dengan bahasa Arab. Akarnya adalah perspektif.
Dalam hadis, persoalan perspektif yang berbeda dan mengakibatkan tindakan yang berbeda, dapat dilihat pada hadis berikut:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ : ” مَرَّ رَجُلٌ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ لرَجُلٍ عِنْدَهُ جَالِسٍ : ( مَا رَأْيُكَ فِي هَذَا ) ، فَقَالَ : رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِ النَّاسِ ، هَذَا وَاللَّهِ حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ يُنْكَحَ ، وَإِنْ شَفَعَ أَنْ يُشَفَّعَ، قَالَ: فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ مَرَّ رَجُلٌ آخَرُ ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( مَا رَأْيُكَ فِي هَذَا ، ) ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ،هَذَا رَجُلٌ مِنْ فُقَرَاءِ المُسْلِمِينَ ، هَذَا حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ لاَ يُنْكَحَ ، وَإِنْ شَفَعَ أَنْ لاَ يُشَفَّعَ ، وَإِنْ قَالَ أَنْ لاَ يُسْمَعَ لِقَوْلِهِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هَذَا خَيْرٌ مِنْ مِلْءِ الأَرْضِ مِثْلَ هَذَا
Artinya: Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata: berlalu seorang laki-laki di hadapan Nabi صلى الله عليه وسلم maka ia berkata pada seorang laki-laki yang duduk di sampingnya, “Apa pendapat kalian dengan laki-laki ini?” Ia (laki-laki itu) berkata, “Seorang laki-laki yang dimuliakan manusia, demi Allah, bahwa dari bangsawan, bila dia meminang, pasti akan diterima, dan kalau minta bantuan, pasti akan dibantu.” Nabi diam. Beberapa saat kemudian, lewatlah seorang laki-laki lain, lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya, “Apa pendapatmu dengan orang ini?” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, menurutku ini orang termiskin dari kalangan kaum muslimin, apabila ia meminang maka pinanangannya ditolak, jika minta pertolongan tidak dibantu, dan apabila berkata, perkataannya tidak didengar.” Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sungguh, orang ini lebih baik dari dunia dan seisinya dibandingkan yang itu.” (HR. Bukhari)
Pada hadis ini tampak bahwa perspektif orang yang ditanyai Rasulullah صلى الله عليه وسلم terhadap dua jenis laki-laki, sangat berbeda dengan perspektif Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Dan akan berakibat pada perbedaan pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya, dunia dan juga akhirat: menerima atau menolak sebuah pinangan. Berangkat dari perspektif yang berbeda jugalah, seseorang bisa bersabar atau tidak dalam memilih atau menempuh suatu jalan.
Kembali ke tujuan permintaan tips di atas; “…agar belajar kali ini tidak sia-sia…” Ini juga sebuah perspektif terhadap sesuatu hal yang perlu didudukkan secara proporsional. Apa yang dimaksud dengan sia-sia? Kapan sesuatu berada dalam level yang bisa disebut tidak sia-sia?
Seseorang yang sudah memulai atau pernah memulai langkah yang baik, pada hakikatnya tidak ada yang sia-sia. Semua akan didatangkan balasannya, sebagaimana firman-Nya:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
-١٦- Artinya: (Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan Memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti. (Q.S. [31] Luqman: 16).
Lebih baik berstatus pernah belajar bahasa Alquran daripada tidak. Lebih baik lagi pernah mengulangi pelajaran daripada hanya sekali belajar lalu buku disimpan entah di mana. Harusnya, dengan ayat di atas seseorang percaya diri untuk mencoba melakukan banyak hal yang baru. Tidak perlu dibayang-bayangi kekhawatiran kegagalan di masa berikutnya, selama yakin itu memang kebaikan dan tidak membuat irisan atau torehan pada kewajiban-kewajiban lain yang lebih tinggi prioritasnya. Ah, bukankah menentukan prioritas sesuatu juga berangkat dari perspektif terhadap sesuatu tersebut?
### 23 Februari 2015

Friday, July 10, 2015

(1) Al-Arabiyyah Book 1 Vol 1, P. 3 , Lesson 1

Al-Arabiyyah Bayna Yadayka
Book 1, Vol. 1
P. 3
(Lesson 1)

Link:
https://www.youtube.com/watch?v=_btQFskJVSQ&index=2&list=PL4F84D97F3A679537

1. TITLE OF THE BOOK

العربية بين يديك
Arabic (language) between your hands

ال = the

sometimes it is pronounced totally like al-arabiyyah, but sometimes it is pronounced only with "a" like asy-syamsu (not al-syamsu)

--to be discussed later--

َبَيْن = between
ٌيَد = hand (one) , يَدَيْكَ = both of your hands

IMPORTANT:

Book: كِتَابٌ
When ال comes before it, the " ٌ  " (dhommatain) at the last letter (ب) should be only " ُ  " (dhommah)

OTHER EXAMPLES:

طَالِبٌ = (one) student

طَالِبَانِ = two students

طُلاَبٌ = (more than two) students

So, english is difference with arabic.
In the arabic language, we have three forms:

single form (مُفْرَدٌ)
double form (مُثَنَّى)
plural form (جَمْعٌ)

--> So when it is said "plural" in arabic, it means "3 and more".
We cannot say it is "two and more", because there is "مُثَنَّى" , dual, specially for "2").

2. CHAPTER

[recorde time: 10:15 ; to be continue, إن شاء الله]

Thursday, July 9, 2015

Al-Arabiyyah Bayna Yadayka Book 1 - Introduction

بسم الله الرحمن الرحيم

Some notes from an arabic class's videos.

The class's using the book "Al-Arabiyyah Bayna Yadayka", 2002-2007 edition. We, in Indonesia, nowadays are using the 2012 edition. So to make it easier, I'll try also to explain and give some notes when there's difference between those two editions. إن شاء الله.

The book can be downloaded from:

http://www.nourtv.net/elmi/pdf/arabi/arabi1.pdf

or:

http://toolstolearnarabic.blogspot.com/2012/12/audios-to-learn-arabic-download-all-3.html

And for the audios (but actually it is not too important, since Al-Mudarris will read and explain the articles), can be downloaded here:

https://archive.org/details/arabicbyh-mp3-1


Link: 

Title: Al-Arabiyyah Bayna Yadayk by Ustadh Abdul-Karim - Introduction

Summary: in this video, the teacher - - is explaining why Arabic is very important for every moslem. 

"First of all, we have to know the importances of Arabic Language. Every subject that you want to learn you have to know first of all, what is ruling, is it compulsory to learn, is it recommended, and so on...
Allah سبحانه وتعالى said in the Quran,   

حمٓ ١ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُبِينِ ٢ إِنَّا جَعَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيّٗا
لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ٣

After saying "Haa miim" --and "Haa miim", we found  a lot in Quran like Alif Laam Miim..., Ibnu Katsir said that these letters' meaning are only known by Allah سبحانه وتعالى--

Allah سبحانه وتعالى said, "Verily, we have made it in Arabic that you might be able to understand it..." In clear Arabic Language...   

Also the scholar of Islam, Ibnu Taimiyyah رحمه الله, said that it is compulsory to learn... Learning arabic is fard... As he said, 

 ...إن اللغة العربية من الدين
ومعرفتها فرض واجب
  فإن فهم الكتاب والسنة فرض
ولا يفهم إلا باللغة العربية
وما لا يتم الواجب إلا به
فهو واجب

Syekh Islam Ibnu Taimiyyah  رحمه الله said, "Indeed, the Arabic language is a part of the religion. And knowing Arabic language is fardhun wajib, compulsory for a person to learn Arabic Language, because the understanding of Alquran and Sunnah is wajib, fard, you have to understand Alquran and Sunnah, what Allah wants from you, what Allah wants you to do, and the messenger صلى الله عليه وسلم said also.. And it is not possible to learn this Alquran and Sunnah only by Arabic. You will not get the totally understanding of Alquran and Sunnah if not with Arabic. So that's why the Arabic is wajib. 

So Arabic is compulsory, because learning Alquran and the Sunnah is compulsory, you cannot understand it in a good way, but only in Arabic Language. There is no way to understand Alquran and Sunnah..., only with the Arabic Language. 

And Allah سبحانه وتعالى has chosen this language to be the language of His last book and His last messenger صلى الله عليه وسلم. 

Learning the Arabic Language, the Scholars said, has a lot of benefits. From these benefits is, that is to protect you with Allah's will, from falling in dealts in your religion and also from in falling in innovations... None...

Imam Syafi'i said, 

ما جهل الناس ولا اختلف إلا لتركهم لسان العرب

The people didn't fall in ignorance and disputes and they didn't differ among themselves only because they left the arabic language, they left lisanul arab... 

You see the people that are falling in arguments each other, and disputes, that's because they're leak in understanding arabic language, that's cause them to have problems to understanding the dien. 

Also Hasan al-Bashri said about people who are innovating in religion, 

 أهلكتهم االعجمى 

"They've been distroyed by their non-arabic tangue"

Because they wanted to understand Alquran and Sunnah, but not in Arabic Language. It is not properly to understand Alquran and Sunnah. 

But, understanding Alquran and Sunnah in arabic is not enough, but we have to understand it in the way as-sahabah  رضي الله عنهم understood it. They were the best people in understanding Alquran and Sunnah after The Prophet صلى الله عليه وسلم

Also, understanding The Arabic Language helps you increasing your understanding of the religion. Imam Syatibi rahimahullah said,

  فإذا فرضنا مبتدنا في فهم العربية فهو مبتدئ في فهم الشريعة
أو متوسطا فهو متوسط في فهم الشريعة
والمتوصط لم يبلغ درجة النهاية
فإن اتهى إلى درجة الغاية في العربية كان كذلك في الشريعة

This is very important... Imam Syatibi rahimahullah, one of the scholars of the past of Andalus, in his book "Al-Muwafaqaat, the 4th volume page 115", he said that if we have a beginner in Arabic language, he is automatically also a beginner in understanding the syariah, the religion of Allah subhanahu wa ta'ala, if we have a person that is at the middle level of understanding arabic, he is automatically also in the middle of undertanding syariah. If we have a person at the top level in understanding arabic, he is also at the top level in understanding syariat." 

You cannot be at the top of understanding syariah, if you are a beginner in arabic language. You cannot be a scholar while you cannot speak arabic. 

The scholars of Islam in the book of Ushulul Fiqh, when they mention the mujtahid, highest level of scholars, the one does the ijtihad, he gives fatawa, he is not the muqallid... One of the conditions to be a mujtahid is understanding arabic..."


The rest... The teacher, Ust. Abdul Karim حفظه الله said some reasons why the class has choosen the Al-Arabiyyah Bayna Yadayka:

- The book was written by 3 doctors, specialists in Arabic-Language
- The book is being used in over 70 universities in the world
- The book presents grammar step by step, so it is good for the beginner in learning the language.

### Cipayung, July 10th 2015